angga

Rabu, 28 September 2011

7 alat musik Bali yang umum

1. gender
Gender Wayang adalah barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya yang terdiri dari 4 tungguh gender berlaras slendro (lima nada). Keempat gender ini terdiri dari sepasang gender pemade (nada agak besar) dan sepasang kantilan (nada agak kecil). Keempat gender, masing-masing berbilah sepuluh (dua oktaf) yang dimainkan dengan mempergunakan 2 panggul.
Gender wayang ini juga dipakai untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). Untuk kedua upacaranya ini, dan untuk mengiringi pertunjukan wayang lemah gender yang dipergunakan. (tanpa kelir), hanya sepasang
Untuk upacara ngaben 2 gender dipasang di kedua sisi bade (pengusung mayat) dan dimainkan sepanjang jalan menuju kuburan. Untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Ramayana, wayang wong Ramayana maupun Mahabharata (Parwa), 2 pasang gender ini dilengkapi dengan sepasang kendang kecil, sepasang cengceng kecil, sebuah kajar, klenang dan instrumen-instrumen lainnya, sehingga melahirkan sebuah barungan yang disebut gamelan Batel Gender Wayang.
Pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasanya memakai sejumlah tabuh yang berdasarkan fungsinya.
2. Genggong
Genggong juga termasuk gamelan langka dan barungan alit, adalah gamelan yang instrumen utamanya genggong yang terbuat dari pelepah enau. Desa yang telah memiliki tradisi Genggong yang kuat adalah Batuan (Gianyar). Di sini Genggong dimainkan sebagai pengiring tari, yaitu tari Kodok dan sebagai sajian musik instrumental.
Barungan gamelan Genggong biasanya terdiri dari 4 - 6 buah genggong, 2 buah suling, sepasang kendang kecil, klenang dan sebuah gong pulu (guntang). Kesederhanaan bentuk dan musik yang ditimbulkan oleh barungan ini mengingatkan kita kepada musik dari kalangan masyarakat petani.
Genggong pada umumnya hanya memainkan lagu-lagu yang berlaras Slendro. Untuk membunyikannya, genggong dipegang dengan tangan kiri dan menempelkannya ke bibir. Tangan kanan memetik "lidah"nya dengan jalan menarik tali benang yang diikatkan pada ujungnya. perubahan nada dalam melodi genggong dilakukan dengan mengolah posisi atau merubah rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.
Teknik permainan genggong yang khas adalah ngoncang dan ngongkeknya (menirukan suara katak).

3. Caruk
Caruk termasuk jenis gamelan langka, termasuk barungan alit, adalah gamelan sejenis gambang yang dibentuk oleh 2 gambang berukuran kecil (caruk) dan 1 buah saron. Melihat dari instrumentasinya, dengan jumlah 3 orang pemain. Caruk pada dasarnya adalah gamelan Gambang yang diperkecil. Gamelan ini juga tergolong gamelan sakral yang dimainkan hanya dalam kaitan dengan upacara ngaben (Pitra Yadnya) dengan jenis tabuh yang hampir sama dengan gamelan Gambang. Kini caruk sudah semakin langka hanya dengan beberapa buah sekaa di daerah Karangasem, Gianyar, Tabanan dan Badung yang masih aktif memainkan gamelan ini.
4. Bebonangan
Gamelan Bebonangan seringkali dibaurkan dengan Balaganjur. Sungguhpun sama-sama merupakan barungan untuk mengiringi prosesi dan sama-sama berlaras pelog, Bebonangan yang termasuk barungan alit mempunyai instrumentasi yang relatif lebih sederhana daripada Balaganjur. Instrumen-instrumen yang membentuk barungan Bebonangan sebagian besar berbentuk pencon seperti reyong (yang dilepaskan dari plawahnya), kemong dan kempur. Adakalanya barungan ini melibatkan dua buah kendang (lanang dan wadon), namun bisa pula hanya dengan 1 buah kendang saja. Begitu juga cengceng yang dipakai dalam barungan ini pada umumnya lebih kecil dari pada yang dipakai dalam Balaganjur.
Tabuh-tabuh yang dimainkan pada umumnya berupa gilak atau gagilakan. Pembawa melodi utama dalam barungan ini adalah reyong yang dimainkan secara kakilitan.
Di daerah Bali utara dan timur, gamelan bebonangan dimainkan untuk mengiringi upacara korban ke laut atau upacara penguburan jenasah.

5. Gambang
Gamelan Gambang adalah salah satu jenis gamelan langka dan sakral, termasuk barungan alit yang dimainkan hanya untuk mengiringi upacara keagamaan. Di Bali tengah dan selatan gamelan ini dimainkan untuk mengiringi upacara ngaben (Pitra Yadnya), sementara di Bali Timur (Karangasem dan sekitarnya) Gambang juga dimainkan dalam kaitan upacara odalan di Pura-pura (Dewa Yadnya).
Gambar Gamelan Gambang terdapat pada relief candi Penataran, Jawa Timur (abad XV) dan istilah gambang disebut-sebut dalam cerita Malat dari zaman Majapahit akhir. Hal ini menunjukan bahwa Gamelan Gambang sudah cukup tua umurnya. Walaupun demikian, kapan munculnya Gambang di Bali, atau adakah Gambang yang disebut dalam Malat sama dengan Gamelan Gambang yang kita lihat di Bali sekarang ini nampaknya masih perlu penelitian yang lebih mendalam.
Gamelan Gambang, berlaras Pelog (tujuh nada), dibentuk oleh 6 buah instrumen berbilah. Yang paling dominan adalah 4 buah instrumen berbilah bambu yang dinamakan gambang yang terdiri dari (yang paling kecil ke yang paling besar) pametit, panganter, panyelad, pamero dan pangumbang.
Setiap instrumen dimainkan oleh seorang penabuh yang mempergunakan sepasang panggul bercabang dua untuk memainkan pukulan kotekan atau ubit-ubitan, dan sekali-kali pukulan tunggal atau kaklenyongan. Instrumen lainnya adalah 2 tungguh saron krawang yang terdiri dari saron besar (demung) dan kecil (penerus atau kantil), kedua saron biasanya dimainkan oleh seorang penabuh dengan pola pukulan tunggal kaklenyongan.
Daerah-daerah yang dipandang sebagai desanya Gambang di Bali antara lain:

6.Angklung
Gamelan Angklung adalah gamelan berlaras slendro, tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bambu kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah dimainkan sambil berprosesi).
Di Bali Selatan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan di Bali Utara mempergunakan 5 nada.
Berdasarkan konteks penggunaaan gamelan ini, serta materi tabuh yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi:
a. Angklung klasik/ tradisional : dimainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian)
b. Angklung kebyar : dimainkan untuk mengiringi pagelaran tari maupun drama.


Satu barung gamelan angklung bisa berperan keduanya, karena seringkali mempergunakan alat-alat gamelan dan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat luas gamelan ini dikenal sebagai pengiring upacara-upacara Pitra Yadnya (ngaben).
Di sekitar kota Denpasar dan beberapa tempat lainnya, penguburan mayat warga Tionghoa seringkali diiringi dengan Gamelan angklung. menggantikan fungsi gamelan Gong Gede yang dipakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan) dan upacara lainnya.

Jumlah
Satuan
Instrumen
6-8
pasang
yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag dan selebihnya pamade dan kantilan
3-4
pencon
reyong, untuk Angklung Kebyar mempergunakan 12 pencon
2
buah
kendang kecil untuk angklung klasik dan kendang besar angklung kebyar
1
buah
1
buah
kempur kecuali angklung kebyar mempergunakan gong


7.Baleganjur
Balaganjur adalah pengiring prosesi yang paling umum dikenal di Bali. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap prosesi membawa sesajen ke pura, atau melasti (mensucikan pusaka / pratima), atau upacara ngaben akan diiringi oleh barungan yang sangat dinamis dan bersemangat.
Balaganjur yang tergolong barungan madya ini dibentuk oleh instrumen-instrumen seperti:

Jumlah
Satuan
Instrumen
6-12
pasang
cengceng kopyak
2
buah
kendang cedugan (lanang dan wadon)
1
buah
kajar
1
buah
kempli
2
buah
gong besar
1
buah
kempur
1
buah
pamade
Barungan ini ada kalanya dilengkapi dengan sebuah tawa-tawa. Sementara cengceng dimainkan secara kakilitan atau cecandatan, dengan pola ritme yang bervariasi dari pukulan besik atau negteg pukulan "telu" dan "nenem" di mana masing-masing terdiri dari pukulan polos (sejalan dengan mat), sangsih (disela-sela mat), dan sanglot (di antaranya). Reyong menjadi satu-satunya kelompok instrumen pembawa melodi. Sebagaimana halnya cengceng, reyong juga dimainkan dalam Balaganjur terdiri dari Gilak yang dimainkan dalam tempo cepat atau sedang dan pelan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar