angga

Minggu, 18 September 2011

Dampak Keluarga Berencana Terhadap sebuah sebutan nama di Bali

Tertarik menguping apa yang dibicarakan oleh i kocong dan  i selat di sebuah warung tipat cantok dan es daluman, ketika mendengar i kocong dengan lantang berkata “icang akan kembali melestarikan yandemantut” ...itu yang i kocong katakan ketika i selat mengejeknya karena selalu datang terlambat masuk kerja. I selat pun geleng geleng kepala tanda tidak mengerti apa yang dimaksud oleh i kocong...dan aku pun antusias mendengar apa yang akan dikatakan i kocong lagi seraya duduk dan memesan segelas es daluman. Karena itulah aku sering datang terlambat kerja aku mesti mengantar dua anakku pagi pagi ke sekolah terus memandikan anakku yang ketiga dan setelahnya mengantarkan istriku jalan jalan karena perutnya sudah besar mengandung anakku yang ke empat mungkin bulan depan akan lahir,begitu alasannya.
Kamu tahu apa yang kita alami sekarang dan apa yang terjadi nanti ,karena jaman dulu pemimpin bangsa kita  yang sekarang sudah awarahum (almarhum mungkin maksudnya!!) dengan segala cara membuat program dan banyak anggaran membuat program keluarga berencana yang masa depannya berdampak sistemik terhadap pola hubungan kekerabatan manusia di BALI (baru sedikit ngacuhnya!)....Program itu sengaja dibuat untuk menghancurkan Bali imbuhnya (aku dan i selat pun tambah bingung di buatnya).Lihat saja dari dulu nenek moyang kita  sebelum ada gunung sudah bisa mengukur kemampuannya untuk membuat anak dan memelihara dan membesarkannya sesuai dengan kemampuan dan apa yang dia miliki. Jineng itulah bukti kemampuan mereka untuk memelihara keluarganya.Sedikit meniru falsafah dari negeri tirai bambu “banyak anak banyak rejeki” kocong pun berteriak(dan kami berdua tambah bengong, karena  tidak mengerti). Makanya paling sedikit mereka memiliki empat orang anak dan memberikan nama sebagai identitas kebanggaan sebagai orang Bali. Wayan ,putu, gede itu adalah anak pertama.Made, kadek sebagai anak kedua.Nyoman , komang anak ketiga dan ketut sebagai anak ke empat.Dan aku membuktikannya, sekarang aku akan segera mempunyai anak ke empat begitu ucapnya bangga.
Sambil memakan tipat cantok dengan sayur tuwung dan klentang, i selat pun bertanya Apanya dari program itu menghancurkan Bali ????. Sejenak kami bertiga terdiam dalam suasana hening, sesekali terdengar suara kriuk kriuk krupuk yang kumakan. Badaaaaaahhhhh cai sing nawang ap sipang iban cain ...seketika terlontar kata kata itu dari mulut i kocong layaknya presenter tv tukul arwana di iringi muncrat air liurnya. Begini, dengarkan baik baik (seperti atasan  menasehati bawahannya yang bodohnya minta ampun)....Kamu tahu program itu, secara halus telah melarang kita mempunyai anak lebih dari dua dengan dalih kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan setelahnya hilang sudah pemakaian nama nyoman dan ketut dari muka bumi ini tanpa kita sadari.Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun sadar atau tidak disadari oleh orang asli Bali...jumlah pertumbuhan penduduknya berkurang dan terus berkurang.Alhasil setelah penduduk sedikit dengan mudah mereka mempengaruhi pikiran pikiran dari masyarakat Bali, terutama manusia yang sudah meninggalkan budaya norma dan budi pekerti  luhur dari nenek moyangnya. Di iming-imingi  hidup bergelimang harta, kekuasaan, kenikmatan duniawi dengan cara mudah yaitu menjual tanah.Bisikan mereka : jual saja tanah kamu, pasti akan sejahtera hidupmu.Untuk siapa lagi tanahnya, kan kamu Cuma bersaudara dua saja, hasilnya kan bisa kamu bagi berdua.Bisa hidup nyaman dan mewah sampai mati.....Dan kamu lihat sekarang, berapa banyak orang Bali yang secara jumlah sudah sangat sedikit “meprkar dengan saudaranya yang tinggal satu hanya karena tanah dan karena tidak bisa mengerti bagaimana berbagi jika saja mereka masih mempunyai saudara bernama nyoman dan ketut, teriak i kocong kepada kami sehingga kami simpatan karena kaget.Dan di banjar kan sudah diumumkan bahwa jumlah penduduk Bali dengan penduduk pendatang dari luar bali di banjar kita 1 untuk jumlah warga banjar berbanding 3 jumlah pendatang!!!!......Lihatlah sepanjang jalan  setiap di bukanya tanah pertanian yang dulunya subur ijo royo royo menjadi kawasan yang menterengnya bernama LC (land consolidation) banyak di huni oleh orang dari luar yang datang hanya untuk mencari makan saja dan  sama sekali tidak bisa menghargai dan menghormati bumi pertiwi yang kita cintai ini, di karenakan tanah itu tidak dihuni oleh pemiliknya yaitu orang Bali sendiri yang sudah tidak punya saudara lagi untuk menempatinya. Dan secara niskala bisa kamu lihat dan pikirkan(dan semakin ngacuh!!!!!) kita percaya kelahiran kembali punarbhawa atau samsara yang katanya kelahiran kembali kedunia sebagai manusia adalah kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan ...kemana orang orang yang dulu bernama nyoman dan ketut numitis ...apakah rohnya tidak akan jangklak-jangklk karena tidak punya raga untuk dimasuki dan tidak punya kesempatan memperbaiki kehidupannya?????? (i kocong bergaya bak Rsi Dharmakerti yang sedang memberi wejangan kepada muridnya sang Suyasa). Siapa yang akan bertanggung jawab dengan ini???bukankah kita akan tambah berdosa karena  menghalangi jiwatman untuk memperbaiki kehidupannya dengan tubuh baru bernama nyoman dan ketut????Apakah ini tidak termasuk upaya upaya menghancurkan Bali ????itu bukan keluarga berencana  tapi keluarga bencana begitu katanya ketus.
Aku dan i selat hanya bisa diam dan saling berpandang mata, jelasnya karena ketidakmengertian kami atas apa yang diinginkan i kocong...atau mungkin karena gajinya di potong akibat selalu terlambat datang kerja, i kocong mesatua ngacuh bak orang inguh ??? ah kocÖng ...kocÖng...kapahang mejemuh pang sing inguh !!!! hahahahahaha ......stres2 ‡∆◊‰


Tidak ada komentar:

Posting Komentar